Ada Hutan Antara Jefri Dan Wati

Shutterstock ilustrasi Angin berhembus lembut, hingga menenangkan siapapun yang merasakannya. Jefri menyeruput kopinya pada sore yang indah itu ditemani Wati, istri tercinta. Lalu datanglah musisi jalanan yang memainkan musiknya di depan rumah Jefri, jreng jreng permisi, Ketika aku daki dari gunung ke gunung Di sana kutemui kegalauan makna Banyak pepohonan merintih kesakitan Dikuliti pisaumu yang tak pernah diam . Begitulah sepenggal lagu dari pengamen yang tidak lama dihentikan Wati dengan memberi uang dua ribu rupiah. "Lagu kok gak mutu. Pohon, kesakitan, apa itu?" gerutu Wati. "Lho lagunya bagus sayang, kita memang harus menyelamatkan pohon. Lihat berapa banyak pohon dan hutan yang terbakar, penebangan liar dan pembukaan lahan secara illegal. Dampaknya kita juga yang rasakan saat terjadinya longsor dan banjir atau asap dari terbakarnya hutan yang membuat polusi udara dan sesak nafas," Jefri menanggapi. Wati pun tak mau kalah, dia berkata, "